Kamis, 08 Juli 2010 | By: Rahman Raden

Uang Muka Dari Mama Yona

Cerpen: Pusing tujuh keliling, itulah yang sekarang dialami oleh pikiran Romi. Masalahnya dia sekarang harus terus berjuang untuk mecukupi kebutuhannya bayar uang semester yang tinggal beberapa hari lagi. Berbagai macam cara telah dilakukan oleh Romi untuk memperoleh uang sebesar satu juta rupiah. Saat ini dia sudah memgang uang sebesar 500 ribu, hasil kerja selama ini disebuah percetakan yang tidak jauh dari tempat dia indekos.
Ingin menjual atau menggadaikan barang berharga dia tidak punya. Sepeda motor? tidak, motorku tidak boleh aku jual. Hati Romi menolak. Meminta pada orang tuanya jelas tidak mungkin sebab seminggu yang lalu mereka sudah mengirimnya, uang tersebut hanya cukup untuk makan dua minggu belum lagi kebutuhan sehari-hari seperti bensin untuk barangkat kuliah, tugas makalah dari dosen, pulsa dan kebutuhan kecil lainnya.
Sejak lima bulan terakhir Romi harus bersusah payah hidup diperantauan selama kuliah di Surabaya. Seja mini marketmilik ayahnya habis dinakan api tanpa sisa. Kebakaran tersebut disebabkan oleh arus pendek listrik. Tabungan dari hasil usahanya tersebut habis untuk membayar semua kerugian akibat kebakaran tersebut.
Musibah itu terjadi memaksa Romikuliah sambil bekerja untuk menyambung hidup dan biaya kuliahnya di Fakultas Ekonomi di Universitas kenamaan di kota Surabaya. Romi bekerja disebuah percetakan dengan gaji 500 ribu perbulan.
“Rom, dari pada kamu cari duit ngalor-ngidul, lebih baik kamu datang saja pada mama Yona” Bowo memberi usul pada sahabat dekatnya yaitu Romi.
“Mama! aku malu harus ngutang terus sama mama Yona. Sekarang aja aku belum bayar uang kos selama dua bulan ditambah hutang-hutang lainnya. Hutangku sama mama sudah 800 ribu”
“Ya…kalu tidak mau, ikut aku kerja” ajak Bowo
Gigolo, Romi membatin
“Nggak ah, aku nggak mau”
“ya sudah!” kemudian Bowo berlalu dibalik pintu.
Romi semakin kelimpungan mencari tambahan uang. Haruskah dia kembali mendatangi mama Yona, janda tanpa cerai yang punya asrama Indekos khusus mahasiswa yang sekarang menjadi tempat Romi, Bowo dan mahasiswa lainnya tinggal.
Semua penghuni kos disana memanggilnya mama Yona pada ibu kos semuayang tinggal disitu sanagat akrab dengan mama Yona, karena wanita tersebut yang memintanya untuk jangan terlalu malu atu segan. Ciptakan suasana yang akrab sopan dan menyenangkan. Semua penghuni sudah tahu kalau mama Yona punya suaami simpanan serta tidak jarang saat situasi sepi sebagian mahasiswa digoda olehnya, salah satu korbannya adalah Bowo.
Mama Yona memiliki dua orang anak yang masih sekolah ditingkatan SD dan SMP. Sedangkan suaminya sibuk sebagai pengusaha di Jakarta, jika pulang ke Surabaya paling cepat tiga bulan sekali.
Semua mahasiswa tahu kalu Bowo sering berkencan dengan mama Yona, tentu Bowo mendapat bayaran Gede tetapi mereka lebih banyak tutup mulut.
“Kasihan kalau anak-anaknya tahu” dalih para anak kos. Sedangkan menurut Bowo, dari pada sulit mencari uang lebih baik terjun saja, ungkap Bowo pada suatu hari pada Romi.
***
Setelah dipersilahkan duduk oleh mama Yona, Romi mengutarakan niatnya.
“Ma, kedatangan Romi kesini untuk membicarakan masalah uang”
“Loh, bukannya kamu janji bayar dua minggu lagi”
“Bukan itu ma, Romi ingin pijam uang lagi”
“Oo…mau menambah saldo hutang” tambah mama Yona yang dijawab anggukan oleh Romi.
“Kamu butuh berapa?” tanya mama Yona.
“500 ribu, ma”
“Mama siap bantu kamu, tetapi harus dilunasi dua minggu lagi. Sekalian dengan hutang kamu yang 800 ribu”
Romi semakin bingung, jika ditolak syarat tersebut otomatis Romi tidak bisa mengikuti program studi alias cuti sementara. Kalau diterima dalam waktu dua minggu dia harus melunasi hutangnya sebesar 1,3 juta rupiah pada mama Yona.
Setelah berpikir kurang lebih tiga menit, Romi mengambil keputusan.
“Romi siap melunasi dalam waktu dua minggu”
“Nah, begitu dong, apa susahnya sih?” kata mama Yona seraya mencibit kecil pipi Romi.
Tidak lama kemudian mama Yona datang membawa uang sesuai keinginan anak kosnya tersebut.
“Terima kasih ma”
“Iya. Eh, Romi lama-lama kamu kok semakin cakep juga ya?” puji mama Yona
“Ah, mama” tambah Romi. Dasar tante girang, bisik Romi sesudah keluar dari pintu.
***
“Rom, kamu tidak jadi cuti kuliah?” tanya Bowo disela-sejam jam istirahat kuliah.
“Nggak dong, wong aku sudah pinjam uang lagi sama mama” jawab Romi berbinar pada teman dekatnya itu.
Dengan semangat Romi menceritakan semua syarat yang diberikan mama Yona sampai bats waktu yang sudah dijanjikan sebelumnya Romi juga tidak lupa menceritakan kebingungannya mendapatkan uang untuk bayar hutang yang tinggal delapan hari lagi. Semua diceritaka kepada sahabatnya yaitu Bowo.
“Romi…Romi…dulu aku juga mengalami kesulitan soal uang, bahkan lebih parah dari kamu. Tapi…” nada bicara Bowo turun. “Akhirnya aku terjun menjadi lelaki pemuas untuk bisa mencukupi biaya hidup dan kuliah tanpa membebani orang tua di kampung…” nada bicara Bowo naik kembali “…dari pada kamu gali lubang tutup lubang untuk baya hutang, mendingan kamu…” kemudian Bowo meletakkan mulutnya ditelunga Romi “…jadi lelaki pemuas”
“nggak, untuk hal seperti itu aku nggak mau” tukas Romi yang dibals cengengesan oleh Bowo.
“Body kamu lebih bagus dari pada bodyku” mendengar celetukan Bowo itu, Romi hanyya mencubir.
“Ya sudah, kita bicar yang lain saja” Bowo kembali berkomentar sambil meletakan tangannya dipundak sahabatnya itu.
***
Setelah begadang bersama teman-teman satu kos, Romi bangun tidur lebih siang yaitu jam sepuluh pagi, dia bangkit dari tempat tidurnya kemudian melepas baju hingga tersisa celan boxer dan mengambil handuk yang digantung belakang pintu kamarnya. Masuk kekamar mandi untuk melepaskan rasa gerah dengan menyirami tubuhnya dengan air. Setelah acara mandi sudah selesai, Romi kembali kekamarnya.
“Sudah bangun ternyata kamu Rom? Mama mau bicara masalah hutang kamu” Romi sangat terkejut mendengar sumber suara dari mama Yona yang sudah berdiri dibelakangnya. Kebetulan ketika itu Romi hanya menutupi sebagian badannya dengan selembar kain handuk.
“Mama, kalau ingin bicara nanti saja aku mau pakai baju dulu” ujar Romi marah setelah tahu mama Yona melingkarkan tangannya di dada Romi yang bidang. Romi pun langsung mengusir mama Yona dari kamarnya karena hawatir dilihat oleh orang atau tema-temannya.
“Dasar tante kesepian yang selalu memanfaatkan situasi sepi” lirih Romi setelah mama Yona keluar dari kamarnya.
Setelah anak-anak mama pulang sekolah, barulah Romi menemui mama Yona.
“Mama , maafkan tindakan kasar Romi tadi”
“Sudalah, lupakan saja. Mama hanya ingin mengingatkat kamu kalau lima hari lagi kamu harus melunasi hutang kamu”
“Tolong bri waktu seminggu lagi ma, pasti Romi bayar! Karena orang tua ….” Kemudian mama Yona memotong pembicaraan Romi.
“Mama sudah tahu semua” kemudian mama Yona menceritakan kesulitan yang dialami oleh Romi, mama mengetahui dari sahabatnya yaitu Bowo.
“Ini untuk kamu” ujar mama sambil menyerahkan tiga tumpuk uaang senilai tiga juta rupiah dari sebuah Bank dan secarik kertas. Tentu Romi tidak mengerti maksud mama Yona memberikan uang sebanyak itu, rasa heran tersebut terjawab setelah membaca tulisan yang ada disecarik kertas tersebut.

Romi, uang itu untuk kamu asalkan kamu mau menemani mama. Itu uang muka dari mama.

Romi dibuat terkejut oleh pesan yang ditulis dikertas, sementara hanya diam seolah tidak terjadi apa-apa.
“Romi aku tunggu jawabanmu” tambah mama Yone setelah Romi beranjak dari tempat duduknya, sementara uangnya dibiaarkan tergelatak diatas meja.
Romi segera menemui Bowo yang sedang asyik nonton teve. Semua diceritaka pada Bowo oleh Romi tentang mama Yona yang memberi uang tiga juta rupiah dengan syarat bermalam dengannya. Sementara Bowo setengah cuek menanggapi apa yang dialamiRomi, seolah tidak ambil pusing.
“Sebenarnya kalau kamu mau uang itu, penuhi saja keinginan mama Yona. satu hal yang harus kamu ketahuhui aku tidak ingin mempengaruhimu dalam masalah ini. Hidup itu pilihan , semua keputusan ada di tangan kamu” ujar Bowo mencoba memberi pengertian pada Romi.
“Aku sangat butuh uang tersebut, tetapi aku tidak mau menjadi lelaki pemuas”
“Sekarang keputusan ada pada diri kamu sendiri karena aku tidak memberi jalan keluar karena aku tahu betapa sulinya keadaan kamu sekarang”
Otak Romi dipenuhi oleh kata iya atai tidak. Kalau iya berarti dia kalah denga nafsu jika mengatakan tidak berarti dia harus gali libang tutup lubang, pinjam uang bayar hutang untuk terus bisa manyambung nafas di daerah orang tanpa membebankan orang tuanya yang sudah bangkrut.
“Romi!” mama Yona memanggil sambil mengetuk pintu kamaranya.
“Bowo, itu mama Yona” kata Romi pada temannya itu.
“Kalau kamu uang tiga juta itu silahkan buka pintu itu, kalau tidak mau biar aku yang menjelaskan nanti pada mama Yona” bowo memberi jalan keputusan.
Romi diam mematung sementara Bowo terus asyik nonton teve. Setelah hampir dua menit membiarkan pintu terus diketuk oleh mama Yona akhirnya Bowo tersenyum tipis karena Romi teleh membukakan pintu untuk mama Yona.

*Rahman Raden El Egypt