Cover By Wikipedia
Pertama saya sebagai penikmat
film nasional memberikan ucapan selamat kepada Raditya Dika yang sukses menjadi
sutradara pertama kalinya untuk filmnya “Marmut Merah Jambu” (Selanjutnya
menjadi MMJ) yang diangkat dari karya buku novelnya sendiri dengan judul yang
sama. Raditya Dika menambah daftar panjang sutradara muda berbakat di perfilman
nasional.
Selanjutnya saya akan sedikit mengupas
konsep film MMJ dari konteks atau sudut pandang saya sebagai penonton, Ingat
sebagai penonton.
Tiket Pemutaran Pertama | Pribadi
Film ini dibuka dengan adegan Raditya
Dika yang bertamu kerumah Ina Mangunkusumo, siapa itu Ina? Tonton saja filmnya
biar nggak penasaran. Berbeda dengan Manusia Setengah Salmon dimana lima menit
pertama penonton sudah dibuat tertawa, di film MMJ tidak ada ledakan penonton
yang berarti. Namun saat Dika mulai bernarasi buat ayah Ina diperankan Tio
Pakusadewo disitulah ledakan tawa penonton dimulai.
Itu tak lepas dari tokoh Bertus
diperankan Julian Liberty cukup menghidupkan film ini, sosok remaja SMA yang
labil dan ledakan emosi yang penuh mampu di visualkan secara apik dan mampu
mengimbangi Christofer Nelwan yang untuk pertama kalinya akting di drama
komedi, pun dia sukses menjadi Dika SMA yang lugu khas remaja. Sementara Cindy
teman Dika dan Bertus dalam gank detektif sekolah 3 Sekawan cukup manis sebagai
remaja cantik, cerdas dan bersahaja.
Namun ada satu hal yang membuat
saya sedikit kurang klop, Cristofer Nelwan ini populer saat membintangi Drama
Musikal Laskar Pelangi. Tentu saja selain jago akting, juga jago dalam menyanyi.
Sayang sekali kualitas vocal Cristofer Nelwan tidak diperlihatkan saat menyanyi
buat Cindy dibawah jendela kamarnya. Mungkin Christofer Nelwan sadar disitu perannya
menjadi Dika dan Raditya Dika tidak ingin terjebak jadi drama musikal seperti
yang dilakukan Cristofer Nelwan sebelumnya di Laskar Pelangi. Mungkin !!!
Ya namanya juga film drama komedi
tentu harus lucu dan terkadang lucu itu muncul dari sesuatu yang absurd. Bukan Raditya
Dika namanya yang sebagai sutradara tidak menghadirkan sesuatu yang absurd di
filmnya. Hal absurd itu menjadi komposisi yang baik untuk memancing tawa penonton.
Hal absurd tersebut adalah
1. Dika
dan Bertus ingin populer seperti Michael di sekolah ingin masuk ekskul
disekolah dan disekolah tersebut ada ekskul bahasa Hewan.
2. Tokoh
Michael anak basket paling populer di sekolah karena rambut kern dan aroma
tubuh yang wangi membuat cewek-cewek terpana demikian juga Dika dan Bertus.
Ada banyak sebenarnya hal absurd
di film ini yang siap anda tertawa. Tak elok rasanya jika dikupas secara dalam sedalam
laut mengingat film ini masih tayang di Bioskop. Untuk seorang penulis seperti
Raditya Dika terjun sebagai sutradara di film layar lebar tentu hal istimewa
apalagi Raditya memasang aktor aktris besar seperti Tio Pakusadewo dan Jajang C
Noer.
Film ini juga cukup banyak
menampilkan tokoh yang ambil peran namun porsinya sangat kecil itu terjadi saat
memberikan testimoni untuk sosok Michael yang populer dan ada beberapa part dimana
tokoh hadir tanpa dialog. Menegaskan
film ini besar dipadati artis-artis beken namun tetap saja tidak
berpengaruh tidak mengurangi porsi cerita petualangan Dika, Bertus dan Cindy. Hanya sebagai
penegasan kekonyolan cerita komedi yang disampaikan.
Untuk yang suka film nasional dan
suka komedi film ini rekomen banget apalagi buat adik-adik kita yang SMA pasti
suka dengan drama percintaan Dika yang lugu. Semoga tulisan absurd ini menambah
keyakinan kamu untuk nonton film ini. Selamat Menonton
Follow on twitter @rahmanraden
Temukan juga tulisan ini di kompasiana.com/rahmanraden