Selasa, 21 Mei 2013 | By: Rahman Raden

Bidadari Di Istana Kardus

Cover Buku Bidadari Di Istana Kardus


Puisi adalah bahasa paling tepat yang berhasil di ilhamkan Tuhan kepada manusia, sehingga keindahan itu tidak hanya dihadirkan oleh semesta alam saja, melalui bahasa yang berbentuk puisi keindahan itu mampu dihadirkan sebagai semangat akan sempurnanya manusia sebagai mahluk Tuhan. Keindahan bahasa itulah kami tuangkan dalam buku kumpulan puisi berjudul “Bidadari Di Istana Kardus” karya Rahman Raden dan Ade Opiq. Semoga buku ini menjadi semangat baru bagi semua orang untuk terus melihat keindahan.
Itulah prolog yang saya buat untuk display buku saya di nulisbuku.com berjudul “Bidadari di Istana Kardus” buku ini adalah karya saya yang kedua yang berisi kumpulan puisi setelah sebelumnya merilis buku berjudul “Reload” yang juga diterbitkan lewat jalur indie di situs nulisbuku.com juga. Karya kedua ini saya berkolaborasi dengan sahabat saya Ade Opiq.

=========
Berikut penggalan puisi “Bidadri Di Istana Kardus”


Di sudut sana
Terlihat lima makhluk mungil
Terdiam dan terpaku
Menatap ke kolong langit
Seolah mereka mendapat ilham
Padahal mereka paham
Bahwa ketetapan ratu adalah sabda
Yang tak bisa dirubah dan digoda
Hari ke hari
Tak ada yang dapat dinanti
Semuanya telah pergi
Meninggalkan mereka di bawah atap yang tak termiliki
Entah mereka bermimpi apa
Akhirnya mereka membangun istana
Walau hanya tersusun dari papan yang berkotak
dan kardus yang beranekaragam modelnya
Seiring waktu yang bergulir
di istana yang sederhana itu
Mereka menjumpai kedamaian yang telah hilang
Berbagi tentang cerita Tuhan
Mengadu tentang jeritan hati yang tependam
Namun…..
Sabda ratu kemabli berbisik
Tak satupun yang mampu mengusik
Bahkan sabda rajapun menjadi bertitik
Dalam hati yang terdalam
Ada tanya yang tertahan
Pernahkah ratu tahu….
Istana itu adalah tempat Tuhan berbagi pengetahuan
Istana itu adalah tempat terindah di sisi Tuhan
Di istana itu telah singgah satu bidadari dari kayangan

=========
Bagi anda yang ingin membeli buku ini silahkan klik nulisbuku.com
Link: http://nulisbuku.com/books/view/bidadari-di-istana-kardus
Follow me: @rahmanraden
Rabu, 15 Mei 2013 | By: Rahman Raden

Kasus Fatin: Lupa Lirik atau Lipsync Yang Dosa


Melihat insiden lupa lirik yang di alami Fatin Shidqiah Lubis pada Gala Show 3 Besar X Factor Indonesia, langsung mendapat sorotan tajam dari pemirsa setia X Factor Indonesia. Gelombang kontroversi pun bermunculan. Mulai dari sosial media twitter dan facebook hingga media Online hingga forum di dunia maya tak henti mengupasnya.

Nama Fatin pun semakin mencuat, karena besarnya perhatian publik terhadap dirinya selama di X Factor Indonesia. Dari insiden lupa lirik saat menyanyikan lagu Lenka Everything it Once pun Fatinistic melakukan pembelaan secara besar-besaran terhadap serangan dari haters.

Dari kesalahan yang dilakukan Fatin bukanlah sebuah dosa besar bagi seorang penyanyi, apalagi bagi Fatin yang baru saja terjun di Industri vocal ini. Munculnya gelombang serangan atau kritikan dari sebagian masyarakat terhadap Fatin yang lupa lirik itu menunjukan betapa rendahnya etika dan pengetahuan masyarakat Indonesia terhadap musik.

Mereka para kritikus terlalu lama dibesarkan dan dimanja dengan kehidupan penyanyi yang sering Lipsync di televisi. Lipsync bukanlah sebuah dosa besar bagi mereka, dan ketika Fatin nyanyi lupa lirik di atas panggung justru di anggap sebuah dosa. Itu sebuah sikap terbalik yang menunjukan betapa naifnya mereka yang memiliki pandangan lupa  lirik itu dosa dan lipsync itu biasa.