Tadi sore saya menyaksikan seleksi
Indonesia Mencari Bakat di Trantv, kebetulan tadi sore episode untuk
audisi kontestan dari kota Surabaya. Saat penjurian dimulai para
sejumlah peserta menunjukan bakat terbaik untuk bisa lolos ketahapan
berikutnya.
Namun dari sekian kontestan yang tampil ada empat orang anak-anak yang berprofesi sebagai Pengamen
dan menamakan diri Lombok Cilik, dari kelompok penyanyi anak jalanan
Surabaya tersebut ada satu wajah yang akrab di publik karena sebelumnya
pernah muncul di tv. Bocah laki-laki tersebut adalah Deva Ananda. Pada
tahun 2010 yang lalu Deva Ananda adalah Finalis Enam Besar Aksi Anak Bangsa RCTI.
Sekali lagi, masuk enam besar Aksi Anak Bangsa di RCTI, itu artinya
bakat Deva dalam unjuk vocal sukses mengalahkan ribuan bakat anak
Indonesia hingga bisa lolos ke babak enam besar saat itu.
Kini setelah dua tahun kemudian Deva
muncul lagi di teve untuk ikut IMB. Jelas bagi siapapun yang ikut ajang
pencarian bakat pasti tujuannya untuk memperbaiki ekonomi keluarga
menjadi lebih baik. Namun apa yang terjadi dalam tayangan IMB tersebut
Deva dan teman-temanya sekarang mesih menjadi pengamen untuk
melangsungkan hidup, menurut temannya sendiri Deva anak yatim dan
menjadi tulangpunggung keluarga demi membantu ibunya. Diketahuipula Deva
belum bersekolah, saat ditanya oleh juri kenapa tidak sekolah dengan
polosnya bocah tersebut menjawab Tidak Punya Akta Lahir.
Dari fakta seorang Deva Ananda yang
pernah berprestasi tingkat nasional tersebut dapat dua benang merah yang
perlu diketahui oleh kita,
1. Deva Ananda adalah korban manisnya
janji ajang pencarian bakat yang mengiming-imingi kekayaan dan
popularitas. Walaupun Deva pernah berjaya hingga babak enam besar Aksi
Anak Bangsa toh tak membuat Deva bisa memperbaiki taraf ekonomi
keluarganya di Surabaya. Buktinya walaupun pernah sukses di teve tetapi
Deva masih menjadi pengamen jalanan di Surabaya. Ikut IMB tujuannya ya
kembali dengan misi sama yaitu memperbaiki ekonomi keluarga.
2. Deva Ananda, bocah kecil korban
ribetnya sistem birokrasi. Muncul di teve dan populer pada tahun 2010
atas bakat yang dimiliki toh tidak membuat Deva sukses secara ekonomi
buktinya Akta Lahir saja tidak punya. Akibatnya si anak berbakat dan
berprestasi tersebut tidak bisa sekolah. Mengapa pemerintah kota
Surabaya tidak melihat bahkan seolah acuh hanya karena tidak punya
selembar Akta Kelahiran. Anak yang pernah mengharumkan nama kotanya di
tingkat nasional tersebut tidak diberi jaminan beasiswa untuk bersekolah
dari pemerintah kota Surabaya. Justru dibiarkan dijalanan menjadi
pengamen.
Untungnya kali ini para juri tidak
meloloskan Deva dan temannya di Lombok Cilik untuk melaju di IMB, karena
menurut Choky Sitohang selaku juri beralasan anak sekecil Deva dan
teman-temannya ingin dilihat sukses diluar IMB yaitu dengan pendidikan
yang tinggi dan berkualitas dan meminta Pemkot Surabaya melihat
anak-anak kelas ekonomi bawah tersebut juga diberi hak untuk bersekolah
dan tentunya dibuatkan Akta Lahir agar bisa bersekolah.
Semoga dari kasus Deva Ananda diatas
bisa menjadi pelajaran bagi kita semua termasuk orang tua dirumah,
karena pencarian bakat di teve tidak menjamin pesertanya untuk menjadi
kaya dan populer. Semuanya instan dalam waktu kurang lebih dari tiga
bulan saja, popularitas dan kekayaan itu di dapat. Selebihnya berjuang
sendiri.
Link Deva di Aksi Anak Bangsa RCTI: http://youtu.be/KZoFFuZgSyc
sumber foto yellowerz.blogspot.com