Kamis, 08 Mei 2014 | By: Rahman Raden

Film Marmut Merah Jambu Yang Absurd Masih Membayangi Dika


Cover By Wikipedia


Pertama saya sebagai penikmat film nasional memberikan ucapan selamat kepada Raditya Dika yang sukses menjadi sutradara pertama kalinya untuk filmnya “Marmut Merah Jambu” (Selanjutnya menjadi MMJ) yang diangkat dari karya buku novelnya sendiri dengan judul yang sama. Raditya Dika menambah daftar panjang sutradara muda berbakat di perfilman nasional.

Selanjutnya saya akan sedikit mengupas konsep film MMJ dari konteks atau sudut pandang saya sebagai penonton, Ingat sebagai penonton. 

Tiket Pemutaran Pertama | Pribadi


Film ini dibuka dengan adegan Raditya Dika yang bertamu kerumah Ina Mangunkusumo, siapa itu Ina? Tonton saja filmnya biar nggak penasaran. Berbeda dengan Manusia Setengah Salmon dimana lima menit pertama penonton sudah dibuat tertawa, di film MMJ tidak ada ledakan penonton yang berarti. Namun saat Dika mulai bernarasi buat ayah Ina diperankan Tio Pakusadewo disitulah ledakan tawa penonton dimulai.

Itu tak lepas dari tokoh Bertus diperankan Julian Liberty cukup menghidupkan film ini, sosok remaja SMA yang labil dan ledakan emosi yang penuh mampu di visualkan secara apik dan mampu mengimbangi Christofer Nelwan yang untuk pertama kalinya akting di drama komedi, pun dia sukses menjadi Dika SMA yang lugu khas remaja. Sementara Cindy teman Dika dan Bertus dalam gank detektif sekolah 3 Sekawan cukup manis sebagai remaja cantik, cerdas dan bersahaja.

Namun ada satu hal yang membuat saya sedikit kurang klop, Cristofer Nelwan ini populer saat membintangi Drama Musikal Laskar Pelangi. Tentu saja selain jago akting, juga jago dalam menyanyi. Sayang sekali kualitas vocal Cristofer Nelwan tidak diperlihatkan saat menyanyi buat Cindy dibawah jendela kamarnya. Mungkin Christofer Nelwan sadar disitu perannya menjadi Dika dan Raditya Dika tidak ingin terjebak jadi drama musikal seperti yang dilakukan Cristofer Nelwan sebelumnya di Laskar Pelangi. Mungkin !!! 

Ya namanya juga film drama komedi tentu harus lucu dan terkadang lucu itu muncul dari sesuatu yang absurd. Bukan Raditya Dika namanya yang sebagai sutradara tidak menghadirkan sesuatu yang absurd di filmnya. Hal absurd itu menjadi komposisi yang baik untuk memancing tawa penonton. Hal absurd tersebut adalah

1.       Dika dan Bertus ingin populer seperti Michael di sekolah ingin masuk ekskul disekolah dan disekolah tersebut ada ekskul bahasa Hewan.
2.       Tokoh Michael anak basket paling populer di sekolah karena rambut kern dan aroma tubuh yang wangi membuat cewek-cewek terpana demikian juga Dika dan Bertus.

Ada banyak sebenarnya hal absurd di film ini yang siap anda tertawa. Tak elok rasanya jika dikupas secara dalam sedalam laut mengingat film ini masih tayang di Bioskop. Untuk seorang penulis seperti Raditya Dika terjun sebagai sutradara di film layar lebar tentu hal istimewa apalagi Raditya memasang aktor aktris besar seperti Tio Pakusadewo dan Jajang C Noer.

Film ini juga cukup banyak menampilkan tokoh yang ambil peran namun porsinya sangat kecil itu terjadi saat memberikan testimoni untuk sosok Michael yang populer dan ada beberapa part dimana tokoh hadir tanpa dialog. Menegaskan  film ini besar dipadati artis-artis beken namun tetap saja tidak berpengaruh tidak mengurangi porsi cerita petualangan  Dika, Bertus dan Cindy. Hanya sebagai penegasan kekonyolan cerita komedi yang disampaikan.

Untuk yang suka film nasional dan suka komedi film ini rekomen banget apalagi buat adik-adik kita yang SMA pasti suka dengan drama percintaan Dika yang lugu. Semoga tulisan absurd ini menambah keyakinan kamu untuk nonton film ini. Selamat Menonton



Follow on twitter @rahmanraden
Temukan juga tulisan ini di kompasiana.com/rahmanraden