Sabtu, 17 April 2010 | By: Rahman Raden

KABAR SEKILAS*


CERPEN: Sebelum adzan subuh berkumandang, Tejo sudah bangun dari tidurnya untuk melanjutkan perjalanannya menuju kota Surabaya untuk mengantar hasil ternak yaitu susu kuda liar dari Sumbawa Nusa Tenggara Barat. Setelah melakukan perjalanan jauh hampir dua hari dari NTB ke pelabuhan Ketapang Banyuwangi, pagi itu tejo bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanannya setelah sebelumnya istirahat disekitar pelabuhan sejak pukul sembilan malam, kini dia bersama temannya Farid serta tiga rombongan truknya akan berangkat kekota Surabaya.
Perjalanan ratusan kilometer tentu membutuhkan stamina yang banyak apalagi perjalanannya masih jauh. Pagi itu Tejo mengkonsumsi obat sakit kepala untuk menghilangkan rasa pusing dikepalanya karena kelelahan walaupun semalam sudah minum suplemen penambah stamina namun itu tidak mampu melenturkan syaraf-syarafnya sehingga sakit kepala sering saja muncul baik dalam maupun setelah perjalanan jauh. Mesin truk pun dipanaskan untuk melanjutkan perjalanannya, setelah hampir 25 menit dipanaskan dan dianggap cukup truk dengan nomor polisi “L 1221 PN” itu berangkat meninggalkan pelabuhan Ketapang kabupaten Banyuwangi.
Selama dalam perjalanan tidak lupa Tejo mendengarkan musik dangdut lewat tape yang ada ditruknya untuk menghilangkan rasa jenuh sementara rekannya Farid asyik makan roti untuk menu sarapan dalam perjalanan panjang ini.
“Mau? dalamnya isi kacang ijo” Farid menawarkan roti yang dimakannya.
“Bukakan bungkusnya” jawab Tejo kalau dirinya ingin roti tersebut.
Perjalanan mereka terus berlanjut karena Tejo tetap konsentrasi saat mengendarai truknya yang bermuatan penuh berisi susu kuda liar dari tanah Sasak. Farid menikmati perjalanan itu dengan menghisap rokok kretek ditangannya. Farid memang seorang perokok berat dan kepalanya manggut-manggut bukan karena ngantuk tetapi asyik menikmati Pacar Dunia Akhirat-nya Rita Sugiarto, sebuah lagu dangdut lawas namun tetap asyik ditelinga.
Tanpa terasa perjalanan sudah memakan waktu satu jam artinya perjalanan mereka sudah berada di kabupaten Situbondo. Mulut Tejo menguap seperti orang mengantuk namun tetap saja Tejo fokus pada kemudinya.
***
Setelah melaksanakan sholat subuh, bu Saena sudah mulai membereskan rumahnya yang sudah tua. Putra tunggalnya yang masih pelajar SMA masih tidur dikamarnya karena pagi itu udara terasa dingin sehingga dia lebih akrab dengan selimut tipisnya. Sementara sang suami bu Saena yaitu pak Karim sedang membetulkan rantai sepedanya yang kendur.
“Yono, bangun to nak sudah siang” kata bu Saena.
“Iya bu” sahut Yono setelah mendengar ibunya membangunkan tidurnya, maka anak itu bangun dari kasurnya, setelah itu dia pergi kesumur untuk mandi. Pada biasanya membantu orang tuanya membuka warung tempat meraka berjualan dipinggir jalan raya depan rumahnya sebelum berangkat ke sekolah.
Pak Karim dan istrinya bu Saena adalah penjual makanan seperti nasi, kopi, mi goreng, dan berbagai macam kue-kue buatanya, kue titipan tetangga serta makanan ringan dalam kemasan bermerek.
Warung itu bernama “Warung Sejahtera” karena warung yang berada disisi kiri jalan raya itu benar-benar memberikan kesejahteraan bagi keluarga pak Karim sejak puluhan tahun yang lalu. Warung sedarhana berdinding gedhek atau terbuat dari bambu-bambu yang dianyam menyerupai tikar pandan, walaupun warung itu sederhana tetapi pelanggannya cukup banyak karena letaknya dipinggir jalan raya Arjasa yang merupakan jalur pantura di kabupaten Situbondo yang cukup ramai dilalui kendaraan lintas daerah.
Setelah warungnya dibuka maka pembelipun berdatangan, ada yang sekedar minum kopi, ada juga yang sarapan serta beberapa ibu-ibu mengantarkan sejumlah kue yang dititipkan pada Warung Sejahtera.
Pak karim dan istrinya bu Saena sibuk melayani pembeli diwarungnya, karena pagi itu benar-benar ramai dikunjungi pembeli, sementara Yono duduk dikursi depan warungnya untuk menunggu mobil angkutan penumpang menuju sekolahnya. Diwarung tersebut juga banyak teman-teman sekolah Yono yang sarapan diwarungnya sambil menunggu angkutan menuju sekolahnya.
***
Suasana yang carah mewarnai pagi keluarga dokter Junaidi. Nyanyian burung Beo peliharaannya bernyanyi sesuka hati. Istrinya yaitu ibu Dinda baru saja datang dari pasar belanja sayur dan ikan untuk makan siang nanti, akhirnya istrinya tidak sempat membuat sarapan untuk suaminya, biasanya yang belanja pembantunya namun karena kakinya keseleo akhirnya tidak bisa berbelanja pagi itu. Dan bayi mungilnya asyik bicara sendiri tanpa makna, bener-benar tidak dimengerti. Hanya kesan lucu dan gemas bagi siapa saja yang mendengar dari mulut bayi mungil yang belum bisa berbicara itu.
Dokter Junaidi berpamitan pada istrinya, ibu Dinda dan mencium anaknya yang masih berumur 18 bulan ketika berangkat kerja ke Puskesmas Kecamatan Arjasa. Tidak pada biasanya anak dokter Junaidi yang digendong istrinya menangis setelah dicium olehnya padahal pada biasanya tidak begitu ketika dokter Junaidi berangkat kerja. Firasat.
“Lo, anak ayah kok nangis” kata dokter Junaidi pada bayinya sambil mengelus rambutnya. Istrinya berusaha menenagkan anak yang digendongnya.
Kemudian dokter Junaidi berangkat menuju tempat dia bertugas dengan sepeda motor barunya. Dalam perjalanan dokter Junaidi singgah di warung “Sejahtera” langganannya untuk sarapan pagi, memang jika istrinya tidak membuat sarapan dokter Junaidi sarapan diwarung Sejahtera dipinggir jalan, seratus meter dari tempat dia bekerja di Puskesmas Kecamatan Arjasa.
“Assalamualaikum”
“Waalaikusalam, eh, pak dokter silakan pak mau sarapan apa?”
“Seperti biasa pak, lauknya tempe-tahu saja”
“Baik pak Dokter”
Oleh warga sekitar dokter Junaidi lebih akrab dipanggil Pak dokter atau dokter Jun. Dokter Jun adalah seorang dokter yang sudah dua tahun bertugas di Puskesmas Kecanatan Arjasa. Kabaikan dan keramahan dokter Jun membuat dia cepat dikenal dan diakrabi oleh warga walaupun dokter Jun asli dari Makassar tetapi dia mudah berbaur dengan lingkungan yang berbeda adat dan kebiasaan.
Diwarung Sejahtera tersebut mulai beranjak sepi karena pembeli sudah pulang membeli kebutuhan untuk sarapan paginya. Dokter Jun serta bersama lima orang lainnya masih menyantap nasi dipiringnya. Sesekali terlibat perbincangan penuh keakraban diantara mereka. Walaupun sebenarnya sedikit bising dengan kendaraan yang mulai ramai melewati jalan, pagi sudah memaksa orang-orang untuk segera beraktivitas masing-masing.
******
Tanpa terasa perjalanan sudah memakan waktu satu jam artinya perjalanan mereka sudah berada di kabupaten Situbondo. Mulut Tejo menguap seperti orang mengantuk namun tetap saja Tejo fokus pada kemudinya. Perjalanan terus berlanjut tanpa ada keluhan pada rekannya Farid. Mulut Tejo kembali menguap dan matanya mulai berat, Tejo benar-benar mengantuk sedangkan Farid tidak mengetahui kalau sopirnya tersebut sedang mengantuk sebab semalam Tejo sudah istirahat dengan cukup.
Tejo berniat menggantikan posisinya pada rekannya Farid karena mengantuk yang datang secara tiba-tiba, tanpa disadari olehnya bahwa rasa kantuk itu disebabkan oleh obat sakit kepala yang diminum sebelum dia berangkat, obat tersebut ternyata menyebabkan kantuk.
Rasa kantuknya sudah tidak tidak bisa ditahan, Tejo ingin mengutarakan niatnya untuk minta ganti pada Farid untuk menyetir truk yang dia bawa. Semuanya terlambat, Farid sudah terlempar kejalan raya.
***
Suasana diruangan itu berkabung, Yono yang masih berseragam sekolah terus membaca Istigfar berkali-kali sambil berusaha tegar namun dari matanya yang memerah nampak sekali bahwa jiwanya terpukul dan bersedih serta mengharap keajaiban memihaknya. Tidak jauh dari tempat duduk Yono, istri dokter Junaidi, ibu Dinda juga menangis sedih sambil menggendong buah hatinya, serta bebarapa orang yang ada diruangan itu juga mengalami hal yang sama dengan Yono dan ibu Dinda, semuanya mengharap mukjizat dari Allah SWT.
Farid juga tampak sibuk menghibungi keluarga Tejo di Solo Jawa Tengah serta keluarga dirinya di Madiun Jawa Timur. Kepanikan terlihat jelas dari wajah lelahnya, sambil bersandar disebuah papan tembok bertuliskan Rumah Sakit Umum Daerah Situbondo, Farid sejenak mengusap wajah dengan kedua tangannya sambil berdoa. Farid kembali masuk kedalam ruangan dimana ruangan tersebut terdapat Yono dan ibu Dinda sedang menangis duka cita.
***
Setelah iklan bermunculan selama lima menit, televisi swasta National TV masuk pada acara beriktnya yaitu berita singkat atau Headline News pada jam sebelas siang.
“Selamat siang pemirsa berjumpa lagi di Kabar Sekilas pukul sebelas bersama saya Rahma Sarita. Untuk informasi kali ini kita sekarang sudah terhubung dengan reporter National TV Dinna Andini dan kameramen Surya Nasution di Situbondo Jawa Timur, silahkan Dinna ada berita apa siang ini untuk Kabar Sekilas?”
“Baik, Rahma. Berita kali ini dari peristiwa kecelakaan. Pemiras, sebuah kecelakaan terjadi di jalan raya Arjasa Situbondo Jawa Timur tadi pagi sekitar pukul tujuh WIB, sebuah truk dengan nomor polisi ‘L 1221 PN’ bermuatan susu dari Sumbawa Nusantara Tenggara Barat tujuan Surabaya Jawa Timur menabrak sebuah warung dipinggir jalan. Selain lima orang cedera dalam kecalakaan tersebut juga menelan empat korban tewas. Lima orang yang cedera masih dalam perawatan, sementara empat korban tewas masih berada di kamar jenazah, korban tewas tersebut adalah sang sopir truk bernama Tejo, sepasang suami istri pemilik warung tersebut serta seorang dokter yang ketika kecelakaan berada diwarung tersebut. sementara kenek truk naas tersebut selamat tanpa sedikit luka pada tubuhnya. Diduga kecelakaan tersebut disebebkan sang sopir mengantuk karena pengaruh obat sakit kepala yang diminumnya”
Kemudian dilayar muncul wajah Farid sedang diwawancarai sebagai saksi, dia kembali menegaskan bahwa sopir mengantuk karena pengaruh obat yang diminumnya. Kemudian muncul wajah Yono yang juga diwawancarai reporter National TV.
“Iya mbak, bapak dan ibu saya meninggal. Saya nggak tahu lagi harus gimana” jawab Yono sedih saat diwawancarai.
“Demikian Rahma untuk Kabar Sekilas NationalTV siang ini” kata Reporter National TV, Dinna Andini.
“Iya terima kasih Dinna di Situbondo Jawa Timur atas laporannya. Demikian Kabar Sekilas siang ini, anda bisa mengikuti berita selengkapnya di Kabar National pukul dua belas nanti. Saya, Rahma Sarita undur diri dari hadapan anda terima kasih atas perhatiannya, sampai jumpa” tutup wanita cantik di layar televisi itu seraya tersenyum. Acara TV kembali dilanjutkan.

0 komentar:

Posting Komentar