Kamis, 19 Agustus 2010 | By: Rahman Raden

Mahya, Pesta Cahaya Ramadan di Langit Turki

Lampu-lampu menghiasi kota selama sebulan penuh membawa rangkaian pesan bermakna. 
Ratusan bola lampu menghiasi menara masjid tertua di Turki, Masjid Raya Sulaimaniah. Pendar-pendar cahayanya merangkai pesan-pesan Ramadan dan menerangi malam di Istanbul selama sebulan penuh.

Pesona itu merupakan bagian dari tradisi Mahya atau permainan lampu selama Ramadan. Tradisi yang populer di Turki dan seluruh wilayah Istambul itu ada sejak era kekaisaran Ottoman.

Lampu-lampu bergelantungan di antara menara. Cahayanya mengurai pesan kesalehan yang terbaca dari jarak jauh. Itu pesan untuk menghargai dan mengilhami umat melaksanakan puasa di siang hari. "Ramadan berlimpah pahala," begitu bunyi salah satu karya perancang Mahya, Kahraman Yildiz.

Yildiz, seniman yang menggeluti Mahya selama 40 tahun memiliki kepuasaan batin mengerjakan tugasnya. "Rasanya sangat senang melihat mahya tergantung di kota dan melihat orang-orang mendongak untuk menatapnya dan membaca pesan di dalamnya," katanya seperti dilansir Daily Star.

Untuk merangkai kalimat di 'angkasa', para pekerja harus bergelantungan di sepanjang balkon dan menara setinggi 76 meter. Mereka harus kembali bergelantungan untuk mengubah kalimat di sepanjang celah sempit dan ketinggian menara setiap minggunya.

Tradisi Mahya tercatat sebagai warisan budaya yang menandai Turki sebagai Kota Budaya Eropa. Ada sejak pemerintahan Sultan Ahmad I (1603-1617). Sang raja membuat Mahya sebagai kejutan bagi muazin atau orang yang memanggil orang di waktu salat. Setelahnya, Ahmad I memerintahkan untuk memasang Mahya di mesjid-mesjid di seluruh kekuasaannya.

Setelah kekaisaran Ottoman jatuh dan Turki berubah menjadi negara modern pada 1923, Mahya digunakan sebagai media nasionalisme pemerintah seperti ajakan membeli produk Turki atau program menabung.

Berusia 400 tahun, Mahya telah beralkulturasi dengan budaya modern. Mahya tak lagi fanatik menggunakan lampu tradisional dan bahasa Arab. Listrik dan bahasa latin sudah menjadi elemen utama Mahya di masa kini. (pet) • VIVAnews

0 komentar:

Posting Komentar