Cerpen: Sebelum aku menge-print suratku yang masih berbentuk file dikomputer terlebih dahulu aku membaca isi surat tersebut agar lebih meyakinkan lagi bahwa suratku tidak ada yang salah dalam pengetikannya. Karena surat ini begitu penting bagiku jadi tidak ada kesalahan dalam pengetikan, sejenak surat ini Narsis, tapi itulah dariku yang memang adanya seperti itu.
Assalamualaikum, Selamat pagi, salam sejahtera. Dengan rasa hormat terlebih dahulu saya ucapkan bahwa keadaanku sekarang Alhamdulillah sehat dan ada dalam lindungan Allah maha besar. Semoga keadaanmu disana lebih baik dariku.
Langsung saja! Saya tidak tahu harus memanggil Kamu apa, dulu ketika bersama-sama di kampus maupun di kos-kosan, Kamu lebih akrab dipanggil Ome oleh Ian, Aziz dan Ahmad yang merupakan orang satu tempat dan satu kota dan teman-teman lainnya juga sebagian ada yang memanggilmu Om atau Abang bahkan tidak sedikit yang memanggil nama aslimu.
Ironi tetapi begitulah kenyataannya Aku tidak memanggilmu siapa-siapa baik Ome atau Abang dan istilah lain dalam saudara tertua laki-laki. Karena memang waktu itu saya merasa tidak cocok aja dan merasa sangat janggal karena rasa segan yang membawaku, mungkin karena aku terlalu lugu dan memang karena tidak mendapat intruksi seperti tiga orang tadi darimu kalau Aku harus memanggilmu Ome. Hingga kebiasaan itu terbawa hingga sekarang maka dari itu aku tidak akan memangilmu abang, abang Zacki. Sebenarnya setelah Kamu membaca surat ini bahwa sangat tidak pantas sekali saya memanggil dengan kata KAMU. Tapi tidak apa-apalah semoga kamu ikhlas karena rasa tidak enak diri itu datang saat surit ini aku tulis.
Kedatangan surat saya ini hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kamu karena Kamu telah memberikan motivasi dan dorongan untuk saya bisa dalam menjalani kehidupan ini baik ketika berada jauh di daerah orang. Karena itu surat ini saya kirim karena aku merasa sangat jauh sekali dengan yang dulu, kalau dulu saya lebih banyak diam dan pasif tetapi sekarang aku merasa tidak seperti itu, walaupun aku masih saja tidak pernah meraih prestasi dibidang studi akademik maupun dalam sebuah kompetisi. Saya sekarang heran bagitu sangat percaya diri untuk mengatakan bahwa aku tidak seperti dulu yang lugu dan kuper serta istilah katro lainnya. Bahkan ada sebagian teman-teman bilang bahwa aku mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain sehingga saya mempunyai nilai tersendiri, mungkinkah aku ke-GR-an atau sombong, lebay, narsis. Tapi tidak tahu juga?. Aku merasa lebih damai dan tahu bagaimana memaknai hidup yang kadang banyak sekali diseliling kita orang yang tidak tahu bagaimana menjadi diri sendiri dan menapaki kehidupan ini, mereka hanya mengeluh bahwa kehidupan itu berat dan selalu saja ada masalah yang mengintai.
Tapi ingat, itu menurutku tidak tahu kalau menurut Kamu apa setelah melihat saya nanti. Yang jelas saya merasa puas puas dengan pencapaian yang saya raih ini walaupun sedikit dan lebik banyak dari Kamu pencapaiannya, tetapi sebagai manusia saya punya banyak kekurangan. Lantas kamu pasti bertanya bagaiman hubungan surat ini dengan Kamu? Jawabannya, sangat berkaitan sekali dengan Kamu, karena Kamu saya bisa merasa sedikit lebih senang dengan kondisi saya sekarang. Ya karena aku tidak seperti dulu. Oke kita kembali kepertanyaan, ternyata Kamu menjadi aktor utama perubahan itu, artinya Kamu menjadi cikal bakal kabahagiaan saya sehingga surat ini dibuat.
Kamu yang memberi pengarahan, bimbingan, memotivasi saya yang hampir setiap hari dan akhirnya Kamu membantu saya dalam perpindahan tempat kos dari Jalan Mawar ke Asrama Mahasiswa Bintang milik Bapak Heru, karena kasus pertengkaran saya dengan Ramon mahasisiwa dari Makassar. Mulai pindah tempat kos itulah saya merasa berubah dan semuanya berubah. Ketika di Jalan Mawar Kamu memberi motivasi sampai kritikan terpedas buat saya hanya lewat ditelinga tetapi waktu yang membawa saya ke Asrama Mahasisiwa Bintang membuat saya sangat berambisi sekali untuk berubah dan semangat. Terlebih sejak kamu di wisuda dan pulang ke kotamu.
Kritikan terpedas kamu ketika itu adalah “Iwan kamu ini tidak punya semangat hidup setiap hari loyo seperti orang penyakitan yang akut, malas belajar” dan masih banyak lagi perkataan Kamu yang pedas. Setelah saya pikir-pikir sekarang, bahwa ketika itu Kamu sangat memandang saya gimana gitu tapi kamu ada baiknya juga. Aku sangat yakin tentang itu.
Tapi sekarang, aku gemuk sehat tanpa deabetes, bersemangat, optimis, Alhamdulillah ! Sekali lagi aku akui saya tidak pernah meraih prestasi dibidang studi dibangku kuliah. Buat saya prestasi itu adalah mampu mengendalikan emosi terhadap diri sendiri dan pada orang lain dan sekarang saya sedang belajar meraih hal itu bersama jalan spritualnya. Karena menurutku hidup ini harus terus belajar , beljar dan mencoba dan mencoba lagi.
Aku mau menjadi The Winner. Amin….!. Satu lagi aku masih saja di lain kesempatan merasa sakit hati oleh orang disekelilingku. Kemudian aku minta maaf karena aku tidak menjadi penerus Kamu di kantor BEM karena setelah satu tahun Aktif disana, saya merasa tidak sreg dan gimana gitu. Dan sudah hampir enam bulan aku tidak bekecimpung di Badan Eksekutif Mahasiswa. (Anggota Koordinator SDM)
Bicara soal cita-cita, yang jelas banyak sekali namun satu yang selalu menggebu-gebu yaitu aku ingin penjadi seorang penulis (buku) yang produktif, tetapi masalahnya lingkungan yang tidak mendukung. Teman-teman dari Kalimantan Barat, sangat mendukung namun yang tidak mendukung adalah teman-teman dibangku kuliah dan keluarga dirumah. Bahkan orang di rumah pernah bilang seperti ini, “Iwan kalau kamu bekerja sebagai tukang mengarang saya yakin kamu tidak akan sukses dan tidak maju-maju” walaupun seperti itu aku akan membuktikan bahwa menjadi penulis juga profesi mulia dan menjanjikan.
Setelah wisuda nanti aku akan kerja sama dengan mbak Nuria Ashari untuk mengumpulkan beberapa karyaku untuk dijadikan sebuah buku, memang mbak Nuria punya Link kebeberapa penerbit di Bandung tempat dia selama ini menerbitkan buku-bukunya Tulisanku semuanya berupa kumpulan cerpen yang sekarang sudah terkumpul puluhan judul bahkan ada beberapa yang sudah terbit di media cetak. Doakan ya, semoga impian itu tercapai sehingga semua keluargaku tahu bahwa profesi sebagai penulis itu sangat baik sekali. Kalau itu terwujud aku akan menjadi satu-satunya orang di Pondok Palem Indah yang berprofesi sebagai penulis dan aku akan melanjutkan kuliahku yang terhenti pada Diploma 3 ke S1 dan S2 dari hasil menulis buku itu amin…!
Surat ini ngelantur ya?, mungkin kamu tidak nyambung mulai dari penyampaian bahasanya, kalimat aku dan sayanya yang berantakan dan masih banyak lainnya? Karena kamu tetap menjadi orang yang berjasa terhadap saya. Kamu terserah bilang apa tentang saya setelah memebaca surat saya ini Naif atau apa terserah! Yang terpenting aku sudah bercerita tentang saya sekarang dan aku ucapkan terima kasih atas semua motivasi dan dorongan semangat yang Kamu berikan untuk saya.
Kamu sekarang yang sudah berumah tangga, saya doakan semoga manjadi keluarga sakinah mawadah warahma dan mendapat putra-putri yang soleh solehah. Tak lupa saya juga doakan oleh Kamu, semoga saya wisuda tahun ini dan segala-segala-segala-segala-segala impian saya tercapai. Insyaallah setelah wisuda aku pulang kampung dan tidak tahu apakah melanjutkan ke S1 atau tidak semuanya masih tanda tanya, biasa masalahnya seperti dulu, Biaya he..he…
Demikian surat ini intinya saya ingin berterima kasih kepada Kamu. Semoga saya tidak menjadi orang yang sombong, takabur dan semoga saya menjadi orang yang bermanfaat bagi saya sendiri dan orang lain sekali lagi ini murni hanya ucapan terima kasih dan tidak ada maksud lain. Terserah Kamu bilang apa yang terpenting itulah niatan saya, entah dasar apa saya kok boro-boro ngirim surat ini buat kamu. Semoga kita dan semuanya mendapat Ridho Allah. Amin…Wassalamualaikum war wab.
Hormat Saya
Iwan Ardiyansyah
Langsung saja! Saya tidak tahu harus memanggil Kamu apa, dulu ketika bersama-sama di kampus maupun di kos-kosan, Kamu lebih akrab dipanggil Ome oleh Ian, Aziz dan Ahmad yang merupakan orang satu tempat dan satu kota dan teman-teman lainnya juga sebagian ada yang memanggilmu Om atau Abang bahkan tidak sedikit yang memanggil nama aslimu.
Ironi tetapi begitulah kenyataannya Aku tidak memanggilmu siapa-siapa baik Ome atau Abang dan istilah lain dalam saudara tertua laki-laki. Karena memang waktu itu saya merasa tidak cocok aja dan merasa sangat janggal karena rasa segan yang membawaku, mungkin karena aku terlalu lugu dan memang karena tidak mendapat intruksi seperti tiga orang tadi darimu kalau Aku harus memanggilmu Ome. Hingga kebiasaan itu terbawa hingga sekarang maka dari itu aku tidak akan memangilmu abang, abang Zacki. Sebenarnya setelah Kamu membaca surat ini bahwa sangat tidak pantas sekali saya memanggil dengan kata KAMU. Tapi tidak apa-apalah semoga kamu ikhlas karena rasa tidak enak diri itu datang saat surit ini aku tulis.
Kedatangan surat saya ini hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kamu karena Kamu telah memberikan motivasi dan dorongan untuk saya bisa dalam menjalani kehidupan ini baik ketika berada jauh di daerah orang. Karena itu surat ini saya kirim karena aku merasa sangat jauh sekali dengan yang dulu, kalau dulu saya lebih banyak diam dan pasif tetapi sekarang aku merasa tidak seperti itu, walaupun aku masih saja tidak pernah meraih prestasi dibidang studi akademik maupun dalam sebuah kompetisi. Saya sekarang heran bagitu sangat percaya diri untuk mengatakan bahwa aku tidak seperti dulu yang lugu dan kuper serta istilah katro lainnya. Bahkan ada sebagian teman-teman bilang bahwa aku mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain sehingga saya mempunyai nilai tersendiri, mungkinkah aku ke-GR-an atau sombong, lebay, narsis. Tapi tidak tahu juga?. Aku merasa lebih damai dan tahu bagaimana memaknai hidup yang kadang banyak sekali diseliling kita orang yang tidak tahu bagaimana menjadi diri sendiri dan menapaki kehidupan ini, mereka hanya mengeluh bahwa kehidupan itu berat dan selalu saja ada masalah yang mengintai.
Tapi ingat, itu menurutku tidak tahu kalau menurut Kamu apa setelah melihat saya nanti. Yang jelas saya merasa puas puas dengan pencapaian yang saya raih ini walaupun sedikit dan lebik banyak dari Kamu pencapaiannya, tetapi sebagai manusia saya punya banyak kekurangan. Lantas kamu pasti bertanya bagaiman hubungan surat ini dengan Kamu? Jawabannya, sangat berkaitan sekali dengan Kamu, karena Kamu saya bisa merasa sedikit lebih senang dengan kondisi saya sekarang. Ya karena aku tidak seperti dulu. Oke kita kembali kepertanyaan, ternyata Kamu menjadi aktor utama perubahan itu, artinya Kamu menjadi cikal bakal kabahagiaan saya sehingga surat ini dibuat.
Kamu yang memberi pengarahan, bimbingan, memotivasi saya yang hampir setiap hari dan akhirnya Kamu membantu saya dalam perpindahan tempat kos dari Jalan Mawar ke Asrama Mahasiswa Bintang milik Bapak Heru, karena kasus pertengkaran saya dengan Ramon mahasisiwa dari Makassar. Mulai pindah tempat kos itulah saya merasa berubah dan semuanya berubah. Ketika di Jalan Mawar Kamu memberi motivasi sampai kritikan terpedas buat saya hanya lewat ditelinga tetapi waktu yang membawa saya ke Asrama Mahasisiwa Bintang membuat saya sangat berambisi sekali untuk berubah dan semangat. Terlebih sejak kamu di wisuda dan pulang ke kotamu.
Kritikan terpedas kamu ketika itu adalah “Iwan kamu ini tidak punya semangat hidup setiap hari loyo seperti orang penyakitan yang akut, malas belajar” dan masih banyak lagi perkataan Kamu yang pedas. Setelah saya pikir-pikir sekarang, bahwa ketika itu Kamu sangat memandang saya gimana gitu tapi kamu ada baiknya juga. Aku sangat yakin tentang itu.
Tapi sekarang, aku gemuk sehat tanpa deabetes, bersemangat, optimis, Alhamdulillah ! Sekali lagi aku akui saya tidak pernah meraih prestasi dibidang studi dibangku kuliah. Buat saya prestasi itu adalah mampu mengendalikan emosi terhadap diri sendiri dan pada orang lain dan sekarang saya sedang belajar meraih hal itu bersama jalan spritualnya. Karena menurutku hidup ini harus terus belajar , beljar dan mencoba dan mencoba lagi.
Aku mau menjadi The Winner. Amin….!. Satu lagi aku masih saja di lain kesempatan merasa sakit hati oleh orang disekelilingku. Kemudian aku minta maaf karena aku tidak menjadi penerus Kamu di kantor BEM karena setelah satu tahun Aktif disana, saya merasa tidak sreg dan gimana gitu. Dan sudah hampir enam bulan aku tidak bekecimpung di Badan Eksekutif Mahasiswa. (Anggota Koordinator SDM)
Bicara soal cita-cita, yang jelas banyak sekali namun satu yang selalu menggebu-gebu yaitu aku ingin penjadi seorang penulis (buku) yang produktif, tetapi masalahnya lingkungan yang tidak mendukung. Teman-teman dari Kalimantan Barat, sangat mendukung namun yang tidak mendukung adalah teman-teman dibangku kuliah dan keluarga dirumah. Bahkan orang di rumah pernah bilang seperti ini, “Iwan kalau kamu bekerja sebagai tukang mengarang saya yakin kamu tidak akan sukses dan tidak maju-maju” walaupun seperti itu aku akan membuktikan bahwa menjadi penulis juga profesi mulia dan menjanjikan.
Setelah wisuda nanti aku akan kerja sama dengan mbak Nuria Ashari untuk mengumpulkan beberapa karyaku untuk dijadikan sebuah buku, memang mbak Nuria punya Link kebeberapa penerbit di Bandung tempat dia selama ini menerbitkan buku-bukunya Tulisanku semuanya berupa kumpulan cerpen yang sekarang sudah terkumpul puluhan judul bahkan ada beberapa yang sudah terbit di media cetak. Doakan ya, semoga impian itu tercapai sehingga semua keluargaku tahu bahwa profesi sebagai penulis itu sangat baik sekali. Kalau itu terwujud aku akan menjadi satu-satunya orang di Pondok Palem Indah yang berprofesi sebagai penulis dan aku akan melanjutkan kuliahku yang terhenti pada Diploma 3 ke S1 dan S2 dari hasil menulis buku itu amin…!
Surat ini ngelantur ya?, mungkin kamu tidak nyambung mulai dari penyampaian bahasanya, kalimat aku dan sayanya yang berantakan dan masih banyak lainnya? Karena kamu tetap menjadi orang yang berjasa terhadap saya. Kamu terserah bilang apa tentang saya setelah memebaca surat saya ini Naif atau apa terserah! Yang terpenting aku sudah bercerita tentang saya sekarang dan aku ucapkan terima kasih atas semua motivasi dan dorongan semangat yang Kamu berikan untuk saya.
Kamu sekarang yang sudah berumah tangga, saya doakan semoga manjadi keluarga sakinah mawadah warahma dan mendapat putra-putri yang soleh solehah. Tak lupa saya juga doakan oleh Kamu, semoga saya wisuda tahun ini dan segala-segala-segala-segala-segala impian saya tercapai. Insyaallah setelah wisuda aku pulang kampung dan tidak tahu apakah melanjutkan ke S1 atau tidak semuanya masih tanda tanya, biasa masalahnya seperti dulu, Biaya he..he…
Demikian surat ini intinya saya ingin berterima kasih kepada Kamu. Semoga saya tidak menjadi orang yang sombong, takabur dan semoga saya menjadi orang yang bermanfaat bagi saya sendiri dan orang lain sekali lagi ini murni hanya ucapan terima kasih dan tidak ada maksud lain. Terserah Kamu bilang apa yang terpenting itulah niatan saya, entah dasar apa saya kok boro-boro ngirim surat ini buat kamu. Semoga kita dan semuanya mendapat Ridho Allah. Amin…Wassalamualaikum war wab.
Hormat Saya
Iwan Ardiyansyah
Setelah suratku dibaca, aku menekan tombol Control P alias Print pada keybord computer kemudian mencontreng sudut All kemudian Ok, tidak lama kemudian empat lembar surat buat bang Zacki dimasukan dalam amplop dan siap dikirimkan kealamatnya.
0 komentar:
Posting Komentar