Siapa yang tidak kenal dengan pulau Madura, daerah yang berada di
utara Jawa Timur itu sangatlah unik, ketika ke pulau Garam tersebut kita akan
menjumpai kultur masyarakat yang masih kental dengan budaya lokal. Orang Madura
saat ini masih sangat menjunjung tinggi adat ketimuran. Walaupun demikian bukan
berarti orang Madura masih tergolong masyarakat konservatif, kita bisa
menjumpai para penduduk terutama para remaja kota-kota di pulau Madura
mengikuti gaya hidup modern seperti di kota-kota besar terutama Surabaya yang sangat dekat
sekali dengan pulau tersebut. Lewat adat yang masih begitu kental maka pulau Madura
mempunyai pandangan yang sangat menarik dimata orang lain untuk mengetahui
tentang kehidupan orang Madura.
Orang Madura merupakan orang
yang memiliki jiwa perantauan yang terbilang sukses. Kita dapat menjumpai
orang-orang Madura yang tersebar dibeberapa daerah di Tanah Air bahkan sampai
keluar negeri seperti negeri jiran Malaysia, Arab Saudi bahkan sampai ke Amerika
Serikat. Uniknya walaupun berada di negeri perantauan, orang Madura masih mampu
mempertahankan adat istiadat daerahnya.
Selain berwatak keras orang Madura juga memiliki jiwa persaudaraan
yang tinggi terutama ketika berada di daerah perantauan. Orang Madura sangat
mencintai sesamanya. Berdasarkan filosofi yang melekat pada masyarakat Madura
adalah kata “Madura” yang berarti Madu dan Darah.
Madu: Orang Madura bisa berbuat manis dengan kata lain sopan, dan
berbudi kepada siapapun jika kita juga bersifat demikian serta menghormati
harkat dan martabatnya.
Darah: Orang Madura akan berbuat keras jika kita melanggar dan menginjak
adat dan martabatnya, baik orang lain maupun sesama orang Madura sekalipun
sehingga sangat rentan akan terjadinya Carok dengan sejata Celuritnya.
Orang Madura akan merasa kehormatannya terinjak apabila agama dan
perempuannya dihina, jika ada orang yang terbukti melakukan penghinaan terhadap
dua poin tersebut maka sangat mungkin Carok akan terjadi. Konsep tersebut
sangat berkaitan sekali dengan ajaran agama Islam yang sangat menjaga
kehormatan agama dan perempuan, bisa dikatakan orang Madura tidak ada yang
beragama lain kecuali Islam bahkan benteng islam terkuat di Indonesia adalah
Madura (Lain: Aceh Serambi Mekkah). Atas dasar itulah orang Madura sangat
agamis dan berkarakter dengan kebudayaannya.
Seiring perkembangan zaman yang terus maju dan pesat, Indonesia
sangat mudah sekali dimasuki oleh budaya luar terutama budaya barat. Dengan
seperti itu pulau Madura yang sangat kental dengan kebudayaan lokalnya bisa
mungkin akan terkikis oleh budaya luar, seperti kabupaten Bangkalan yang masuk
dalam peta daerah perkembangan industri di Indonesia timur yang disebut daerah
Gerbangkertosusilo (Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan
Lamongan).
Gerbangkertosusilo adalah Jabotabeknya Indonesia Timur yang menjadi
sasaran investor untuk menanamkan modal bisnisnya, karena daerah-daerah
tersebut sangat dekat sekali dengan kota Surabaya yang menjadi pusat industri
terbesar di Indonesia setelah Jakarta. Saat ini banyak sekali proyek-proyek
besar dikembangkan di pulau Madura sehingga banyak menarik para investor untuk
melebarkan sayap bisnisnya, sehingga bisa mengakibatkan industri yang ada di
pulau Madura akan tersaingi.
Berbagai kultur masih bisa kita jumpai di pulau Madura seperti
Kerapan Sapi yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia kemudian masyarakat
Madura menempatkan musholla disetiap rumah. Musholla tersebut tidak hanya
berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga berfungsi sebagai tempat menerima
tamu , kumpul bersama keluarga dan lain sebagainya. Selain itu budaya yang
masih mengakar pada orang Madura adalah Seroni
atau Sandur yang merupakan acara hiburan bagi petinggi desa atau Kelebun
setempat serta tradisi lukis batik dari Telaga Biru kabupaten Bangkalan.
Batik dari Telaga Biru tersebut sudah mampu bersaing dengan produksi batik lain di Indonesia.
Namun lambat laun dihawatirkan pulau Madura akan kehilangan tradisi
baik akibat budaya luar maupun dari masyarakatnya sendiri, Seperti terjadi sekarang
di Madura yang saat ini sangat popular dengan “Kerapan Kelinci” yang diadakan oleh warga setempat dan itu
dapat mengancam Kerapan Sapi akan hilang dari tanah Madura karena termakan
budaya baru dari masyarakat lokal yaitu Kerapan Kelinci.
Biarlah pulau Madura tetap menjadi daerah dengan masyarakat yang
kental dengan adat ketimurannya. Dengan begitu pulau Madura akan menjadi cagar
budaya yang tidak bisa hilang di bumi Nusantara, hal itu bisa terwujud jika
tradisi yang ada disana bisa dipertahankan oleh mereka terutama bagi generasi
mudanya.
2 komentar:
wah...masalah kearifan lokal..yang hilang..saat ini tidak hanya madura saja om..sekarang kearifan lokal bangsa ini telah pudar....digilas..oleh..modernnya zaman..
boleh masuk akal....
Posting Komentar