Minggu, 16 Januari 2011 | By: Rahman Raden

Orang Madura: Antara Budaya Lokal dan Luar


Siapa yang tidak kenal dengan pulau Madura, daerah yang berada di utara Jawa Timur itu sangatlah unik, ketika ke pulau Garam tersebut kita akan menjumpai kultur masyarakat yang masih kental dengan budaya lokal. Orang Madura saat ini masih sangat menjunjung tinggi adat ketimuran. Walaupun demikian bukan berarti orang Madura masih tergolong masyarakat konservatif, kita bisa menjumpai para penduduk terutama para remaja kota-kota di pulau Madura mengikuti gaya hidup modern seperti di kota-kota  besar terutama Surabaya yang sangat dekat sekali dengan pulau tersebut. Lewat adat yang masih begitu kental maka pulau Madura mempunyai pandangan yang sangat menarik dimata orang lain untuk mengetahui tentang kehidupan orang Madura.

 Orang Madura merupakan orang yang memiliki jiwa perantauan yang terbilang sukses. Kita dapat menjumpai orang-orang Madura yang tersebar dibeberapa daerah di Tanah Air bahkan sampai keluar negeri seperti negeri jiran Malaysia, Arab Saudi bahkan sampai ke Amerika Serikat. Uniknya walaupun berada di negeri perantauan, orang Madura masih mampu mempertahankan adat istiadat daerahnya.

Selain berwatak keras orang Madura juga memiliki jiwa persaudaraan yang tinggi terutama ketika berada di daerah perantauan. Orang Madura sangat mencintai sesamanya. Berdasarkan filosofi yang melekat pada masyarakat Madura adalah kata “Madura” yang berarti Madu dan Darah.

Madu: Orang Madura bisa berbuat manis dengan kata lain sopan, dan berbudi kepada siapapun jika kita juga bersifat demikian serta menghormati harkat dan martabatnya. 

Darah: Orang Madura akan berbuat keras jika kita melanggar dan menginjak adat dan martabatnya, baik orang lain maupun sesama orang Madura sekalipun sehingga sangat rentan akan terjadinya Carok dengan sejata Celuritnya.

Orang Madura akan merasa kehormatannya terinjak apabila agama dan perempuannya dihina, jika ada orang yang terbukti melakukan penghinaan terhadap dua poin tersebut maka sangat mungkin Carok akan terjadi. Konsep tersebut sangat berkaitan sekali dengan ajaran agama Islam yang sangat menjaga kehormatan agama dan perempuan, bisa dikatakan orang Madura tidak ada yang beragama lain kecuali Islam bahkan benteng islam terkuat di Indonesia adalah Madura (Lain: Aceh Serambi Mekkah). Atas dasar itulah orang Madura sangat agamis dan berkarakter dengan kebudayaannya.

Seiring perkembangan zaman yang terus maju dan pesat, Indonesia sangat mudah sekali dimasuki oleh budaya luar terutama budaya barat. Dengan seperti itu pulau Madura yang sangat kental dengan kebudayaan lokalnya bisa mungkin akan terkikis oleh budaya luar, seperti kabupaten Bangkalan yang masuk dalam peta daerah perkembangan industri di Indonesia timur yang disebut daerah Gerbangkertosusilo (Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan). 

Gerbangkertosusilo adalah Jabotabeknya Indonesia Timur yang menjadi sasaran investor untuk menanamkan modal bisnisnya, karena daerah-daerah tersebut sangat dekat sekali dengan kota Surabaya yang menjadi pusat industri terbesar di Indonesia setelah Jakarta. Saat ini banyak sekali proyek-proyek besar dikembangkan di pulau Madura sehingga banyak menarik para investor untuk melebarkan sayap bisnisnya, sehingga bisa mengakibatkan industri yang ada di pulau Madura akan tersaingi.

Berbagai kultur masih bisa kita jumpai di pulau Madura seperti Kerapan Sapi yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia kemudian masyarakat Madura menempatkan musholla disetiap rumah. Musholla tersebut tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga berfungsi sebagai tempat menerima tamu , kumpul bersama keluarga dan lain sebagainya. Selain itu budaya yang masih mengakar  pada orang Madura adalah Seroni atau Sandur yang merupakan acara hiburan bagi petinggi desa atau Kelebun setempat serta tradisi lukis batik dari Telaga Biru kabupaten Bangkalan. Batik dari Telaga Biru tersebut sudah mampu bersaing dengan produksi batik  lain di Indonesia.

Namun lambat laun dihawatirkan pulau Madura akan kehilangan tradisi baik akibat budaya luar maupun dari masyarakatnya sendiri, Seperti terjadi sekarang di Madura yang saat ini sangat popular dengan “Kerapan Kelinci”  yang diadakan oleh warga setempat dan itu dapat mengancam Kerapan Sapi akan hilang dari tanah Madura karena termakan budaya baru dari masyarakat lokal yaitu Kerapan Kelinci.

Biarlah pulau Madura tetap menjadi daerah dengan masyarakat yang kental dengan adat ketimurannya. Dengan begitu pulau Madura akan menjadi cagar budaya yang tidak bisa hilang di bumi Nusantara, hal itu bisa terwujud jika tradisi yang ada disana bisa dipertahankan oleh mereka terutama bagi generasi mudanya.

2 komentar:

Fajar mengatakan...

wah...masalah kearifan lokal..yang hilang..saat ini tidak hanya madura saja om..sekarang kearifan lokal bangsa ini telah pudar....digilas..oleh..modernnya zaman..

Rahman Raden mengatakan...

boleh masuk akal....

Posting Komentar