Rabu, 12 Januari 2011 | By: Rahman Raden

Dompet dan Senyum Tulus


Angin dimusim hujan masih terasa dingin, burung kelelawar terbang dilangit kota menandakan waktu sudah menjelang petang. Semakin bergulir, waktu mengubah awan menjadi kelabu dan tak lama gerimis menyapa penduduk kota Pontianak. Aku duduk disebuah warung kecil dekat terminal sambil menikmati secangkir teh jahe hangat dan pisang goreng.

Gerimis yang tadi turun berubah menjadi hujang yang sangat deras, orang-orang diterminal berhamburan mencari tempat berteduh. Semakin lama hujan semakin deras dan dibelahan bumi lain terdengar suara adzan bersahutan dari musholla dan masjid. Sambil menunggu hujan reda aku termenung sambil menikmati teh jahe dimeja.

Rasa dingin menusuk melewati pori-pori, sedangkan rasa malas yang datang segera aku tepis. Rasa malas tersebut mencoba menghalangiku untuk sholat magrib. Selang beberapa menit kemudian hujan kembali menjadi gerimis dan itu menjadi semangat untuk aku berlari menuju musholla didekat terminal yang juga tidak jauh dari tempatku nge-teh tadi.

Setelah melaksanakan kewajiban, aku melangkah karena hujan mulai reda dan cepat beranjak pergi menuju angkot yang akan segera berangkat, namun setelah aku melangkah tak seberapa jauh tiba-tiba aku dipanggil oleh seseorang dari belakang dan akupun segera menolah kearah suara tersebut.

"Mas, dompetnya ketinggalam...!!!" teriak seorang pria di musholla.
Aku meletakan telapak tangan dijidat di iringi ucapan "Aduh, lupa...!!!"
"Terima kasih pak, sudah mengingatkan" ujarku penuh syukur
"Sama-sama, itu sudah menjadi kewajiban saya mas !" ujarnya merendah.
"Sekali lagu terima kasih pak, kalau begitu saya pamit dulu" sambungku lagi dan pria tersebut melempar senyum tulus dan anggukan kepala.

Setelah itu aku kembali menuju angkot yang siap berangkat mengantarku pulang kerumah. Sekitar lima belas menit perjalanan menuju rumah aku berniat mengambil uang untuk membayar ongkos angkot, betapa terkejutnya uangku hanya tersisa lima ribu rupiah, sedangkan uangku tadi berjumlah 255.000 rupiah. Dengan wajah merah kesal aku mengingat senyum tulus bapak di musholla tadi.

1 komentar:

r10 mengatakan...

sebaiknya jangan suudzon dulu dgn bapak yang mengembalikan dompet punya mas, siapa tahu ada orang lain yg mengambil uang mas, dan si bapak itu mungkin tidak tahu menahu (insya Allah)

Posting Komentar