Gambar dari sini
Sebuah film dokumenter berjudul Linimas(s)a mengantarkan kita pada
sebuah kenyataan bahwa jika kita bisa memanfaatkan sosial media seperti
Facebook, Twitter maupun Blog yang ada di internet secara baik dan
positif maka dapat menciptakan sebuah perubahan baik secara personal
maupun secara umum misalnya bagi kepentingan rakyat Indonesia.
Linimas(s)a
adalah judul dari film dokumenter tersebut, pada prolog film ini kita
ditunjukan oleh Director film ini yaitu @dandy_laksono tentang statistik
menggunaan media sosial seperti Facebook dan Twittet di Indonesia.
Dalam hal tersebut pengguna Facebook Indonesia menduduki 3 besar di dunia. Sedangkan pengguna Twitter di Indonesia terbesar nomor
tiga di Asia.
Tingginya angka penggunaan sosial media
di Indonesia menjadikan wajah politik dan hukum Indonesia dibuat
berteguk lutut. Sebagai sebuah bangsa yang besar dengan penduduk
mencapai 220 juta jiwa maka rakyat sebanyak tersebut bersatu melalui
satu suara di sosial media untuk melakukan sebuah perubahan besar bagi
Indonesia dan itu di ungkapkan secara real berdasarkan fakta di
masyarakat dan presentasi dari ahli yang dituangkan dalam film
dokumenter ini.
Hal terbesar dari film dokumenter ini
saat kasus prita Mulyasari yang berseteru dimenja hijau dengan Rumah
Sakit Omni International. Melalui sosial media publik mendukung
pembebasan Prita dengan gerakan Koin Peduli Prita yang pencetusnya lahir
dari sosial media Facebook Gerakan tersbut menjadi perhatian nasional.
Selai
kasus Prita Mulya Sari film dokumenter ini juga mengungkap fakta bahwa
para Facebooker di Indonesia juga pernah berhasil menggagalkan peta
politik yang sarat intrik dan rekayasa yang dilakukan oleh penegak hukum
menyangkut dugaan suap yang dilakukan oleh Bibit Samad Rianto dan
Candra Hamzah selaku ketua KPK saat itu. Publik juga menentang agar
kedua orang tersebut dibebaskan dari jeratan hukum karena publik mencium
adanya rekayasa besar untuk mengurangi wibawa KPK sebagai lembaga anti
korupsi di Indonesia.
Sisi gagalnya sosial media dalam
mencari dukungan publik sangat sedikit dan hampir tidak ada pengkajian
secara mendalam oleh film dokumenter ini. Linimas(s)a tidak mentup diri banyaknya kejahatan yang dilakukan orang (oknum) pengguna sosial media, film ini hanya fokus dalam
mencerminkan kepada publik tentang pentingnya penggunaan sosial media
secara positif karena memang misi positif sosial media itulah yang mendasari lahirnya film dokumenter ini. Sepertinya film ini akan menunjukan pada dunia
international bahwa Indonesia bisa melakukan misi kepentingan publik
melalui satu suara di sosial media.
Pemanfaatan sosial
media di Indonesia juga berdampak positif bagi masyarakat seperti pada
bencana melatusnya Gunung Merapi di Yogyakarta pada akhir 2010 kemarin.
Lagi sosial media memiliki peran penting dalam membantu mengkoordinasi
sesama relawan dalam mengefakuasi pengungsi yaitu melalui media Twitter, hal
tersebut di akui oleh para relawan. Meraka cukup terbantu dengan adanya
pemanfaatan Twitter dilokasi bencana.
Linimas(s)a
memang lebih banyak mengupas dari sisi tentang bagaimana menggunakan
internet sehat bagi masyarakat. Bentuk penyadaran ini dituangkan saat
orang yang berkebutuhan khusus (cacat fisik) di kota Solo di ajarkan
untuk mengenal internet yang nantinya dapat memberikan nilai edukasi
untuk Indonesia bisa maju dalam menciptakan sebuah perubahan besar bagi
bangsa Indonesia sekalipun dari Internet. Apalagi saat ini penggunaan
teknologi Internet sudah menjadi keharusan bagi masyarakat abad modern.
Kebebasan
berekspresi diera demokrasi, menjadikan rakyat Indonesia bisa
menyatukan visi dan misi yang sama melalui sosial media untuk mewujudkan
gerakan positif. Walaupun Indonesia terdiri dari berbagai pulau dan
banyak penduduk namun semua terasa dekat dengan adanya media sosial
seperti Facebook dan Twitter.
Jika anda adalah salah
satu mengguna sosial media sepeti Facebook atau Twitter dan yang lainnya
tidak ada salahnya anda melihat fakta positif yang dituangkan dalam
film dokumenter Linimas(s)a. Semoga perubahan positif kembali tercipta
dari pemanfaatan sosial media di Indonesia.
Judul Film : Linimas(s)a atau Timeliner” (bahasa Inggris)
Jenis Film: Dokumenter
Judul Resensi : Perubahan Bentukan Sosial Media di Indonesia
Durasi: 45 Menit
Director Film: @dandhy_laksono
Executive Producer: @donnybu
Produksi: ICTWATCH.COM dan WatchDoC
7 komentar:
saya kadang nggak terlalu paham sama film dokumenter.. biasanya emang yang diangkat tuh kasus nyata, real dan ada pelakunya.. tapi kalo dokumenternya ngasal malah berasa nonton berita atau laporan investigasi.
FB urutan 3 di dunia .... apakah ini membuktikan masyarakat Indonesia mempunyai budaya sosial yg tinggi juga ...??
iya ..ya film dukementer pasti film yg diambil dr fakta yg ada .
ya harus dimanfaatkan dg baik
Gaphe: jika film dokumenter digarap dengan baik mk penonton akan peka dengan pesan film itu
Sukma:indonesia pnya jiwa sosial tinggi? relatif. liat aj pejbt kita
Cerpenis: sip banget
Tulisan yang sangat menarik, memang sebuah perubahan harus dibarengi dengan sebuah sikap dan tindakan. Oleh karena itu kita harus mencontoh dengan apa yang telah "tersirat" dalam film dokumenter linimas(s)a. Btw, selamat karena tulisan ini terpilih menjadi pemenang dalam Lomba Menulis Resensi Film Dokumenter Linimas(s)a dengan hadiah paket Norton Internet Security 2011. Keep to be a creative blogger...
Dwi: Alhamdulillah saya terpilih sebagai pemenang. terima kasih
resensinya menarik sekali..... saya suka style menulisnya. makasih.
salam
Posting Komentar